DOSA PERTAMA
Semerbak aroma menggelayutkan irama tubuh
Betapa menggairahkan perahan keringat di kayuhan
sepeda pada sore itu.
Aku bersaksi pada jiwa yang runtuh,
Tulang dan tubuh hanya terbungkus sandiwara
Aku bersaksi pada bunga-bunga lelayu
Daun dan akar hanya ekor yang akan patah
Betapa mencekamkan
Cekikan harga sebuah diri
Dan aku terpontang panting
Pada adegan di masa lalu
Aku bersaksi pada diri yang lumpuh
Hati hanyalah sebuah isyarat
Aku bersaksi pada sebuah ciptaan yang diciptakan
Tak ada yang abadi
Sunyi adalah fana
Sesal tiada guna.
.
Betapa!
Oh betapa!
Dosa pertama kita, maghrib itu
Menggerogoti alam fikiran.
Memenjerakan suci yang abadi
Menelanjangkan urat malu kita.
Yogyakarta,
10 Januario 2017



Komentar
Posting Komentar