MALAM KESEMBILAN DAN CIUMAN YANG PANJANG

 



Pada malam kesembilan

setelah ciuman kita yang panjang

dekapmu masih lekat dalam dadaku

aroma kamar yang bercampur

cukup menyesakkan hidung

tetapi ronamu masih menjadi sinaranku

diantara malam-malam yang kelam


Pada malam kesembilan

setelah kita saling merebah

sengal napasmu masih tergiang pada leherku

daun kupingmu masih bisa ku bentuk

pada langit-langit kamarmu.

Dan kau hanya terbahak waktu itu.


Malam ini kita tidak perlu saling memuji

hanya perlu mengatur perut agar tetap kenyang

dan hati semakin sayang


Sayang, apakah mencintaiku adalah sebuah idealismu

atau menjadi sebuah realita nyata

yang kau harap selama ini?


Aku hampir buntu, bagaimana menerjemahkan kamu

yang hadir di hidupku---dan lunas berikan bahagia sepenuhnya

Tentu mencintaiku tak begitu mudah,

Namun kau tetap gigih memberi upaya terbaikmu

agar aku terkesan, dan itu sungguh berhasil


Lalu, bagaimana selanjutnya soal kita?

Setelah ciuman yang cukup panjang pada malam kesembilan kala itu?

Tidakkah hangatnya masih lekat sampai saat ini?

Tidakkah malam itu menjadi hal awal kita tegas

bahwa perasaan tak melulu soal menciumu atau meciumku?


Mencintaimu pun tak begitu mudah

banyak hal yang perlu kugapai

dengan tangan yang terkadang selalu lengah

jemari-jemari yang masih kosong

serta pertanyaan-pertanyaan absurd lainnya

soal siapa yang akan memasak di tengah malam

kalau kita kelaparan?

Soal siapa yang akan mengunci gerbang rumah

kala kita sedang asyik menonton film?


Sungguh, sayang

cinta itu banyak bagiannya

jadi, kita harus mulai darimana?


November, 2019


(source foto: pinterest)

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Bagus banget, suka! Nov '19 itu bulan dimana kamu pertama kali menulisnya, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai! terima kasih banyak :) betul. tulisan ini lahir di bulan November 2019 hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer