Seorang gadis yang abadi dalam tangisan




     








  Seorang gadis menghampiri dengan kehilangan satu tangan. Sedang kulihat kakinya memiliki mata-mata yang banyak---sepuluh mata terpasang—sepuluh mata terpasung. Mulutnya menghilang sedang wajahnya dipenuhi oleh telinga.
Gadis itu merangkak--- menggunakan lidah. Sedang satu tangannya membersihkan kotoran telinga di wajahnya.
Sepuluh mata yang terpasang berteriak dengan mengeluarkan air serta logam. Sedang sepuluh mata yang terpasung terbahak tertawa sejadi-jadinya.
       Tiba-tiba gadis itu bangkit; memotong lidahnya, menyapu bersih mata-mata nya.
Wajahnya masih penuh dengan telinga serta darah. Ia berteriak—marah—memerah—meredam.
“Aku tak akan bersimpuh kakimu lagi! Cukup sudah!” perempuan itu tetiba berucap lirih.
Diantara telinga-telinga yang memadati wajahnya, lahirlah mulut-mulut mungil baru yang mengeluarkan tangisan. Semuanya saling bersahutan—membalas setiap tangisan.
“Aku sudah meronta 200 tahun lamanya. Meraung pada keadaan yang tidak jua memberi jawaban”
“Kau sungguh tidak berguna! Menghabiskan waktu-waktu pada ketidak-abadian”
“Memang apa yang abadi disini?”
“Kita abadi..”
Dan semua kembali menangis—berjerit—memaki .
Kita pun sungguh tak abadi..”
“Kehilangan adalah sebuah bukti bahwa abadi hanyalah harapan”
“..serta keinginan”
“bagaimana dengan takdir?”
“takdir akan terjawab oleh waktu”
“Maka waktu tidak abadi”
“Memang..”
       Dan gadis itu tergopoh kembali—meliukkan tubuhnya pada gumpalan airmata. Menguburkan jiwanya pada waktu—yang fana.
Ia terlelap.
Dengan kelapangan di dadanya.
Lalu pelangi turun—terlukis di kelopak matanya. Sungguh indah
Ia abadi.







Tasikmalaya, 21 April 2018












Komentar

  1. Serem banget imajinasi kamu.

    Sepertinya kamu waktu kecilnya sering baca komik Siksa Neraka. Aku juga sering baca sih, tapi dulu, jadi sekarang lupa, tapi baca ini jadi inget lagi. Ah kamu mah. -_-

    BalasHapus
  2. Keren banget ceritanya, teh. Masih single ya!?..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer