Sebatas Tanya



..Saat itu, ketika surya tergantikan bintang. Dan waktu silih berganti menemani.

Aku merobek seberkas kenangan yang sempat saling berkecamuk di dalam rongga jiwa.
Ketika jantung menyerupai petir dan darah serupa hujan.
Aku mengais rempah-rempah rindu yang terbuang dan terabai.
Seonggok daging yang mengikat seluruh tubuhku ikut rontok berantakan. Setiap mata yang kukedipkan seakan kerat bersembunyi.
Kau tahu, tuan? Jika senja berjatuhan tepat tujuh  langkah diatas kepalamu, apa yang hendak kau lakukan? Dan hujan tibatiba menamparmu ditengah siang yang terik, apalagi yang hendak kau ucapkan?
Bias cahaya tertutupi redup di bola matamu. Legit cumbuan yang entah kau jatuhkan luntur berkeruh.
Kau tahu, tuan? Jika deretan kata demi kata tidak lagi tersusun apa yang akan kau lakukan?
Serdadu masalalu mengayun dari lorong kegelapan. Puing perpisahan berhenti berdenyut tepat di nadi para pecinta.
Aku benar-benar terjebak dalam sebuah teka-teki. Terjerembab pada dadu yang bertulang.
Katanya, sebuah kisah akan betah berlama-lama dalam ruangannya. Entah dalam keadaan menangis atau tertawa bahagia. Setiap ruang memiliki kesannya masing-masing untuk sebuah cerita, serupa kotak hadiah yang gemetar untuk dibuka.
Kau tahu, tuan? Apa jadinya jika air mata berubah menjadi buihan sisa-sisa ombak di malam sabtu? Apa yang hendak kau lakukan ? sedang sekujur tubuh pun layaknya gempa yang tergoncang sampai berguling?
Ah! Pada nyatanya aku tak pernah berhenti memunguti kembali macam kesempatan atau peleburan kesalahan, karena waktu memang tidak akan mengingkari putarannya.

Saat itu, ketika gelap menjadi fajar. Dan matahari mulai meninggi.
Aku menghitung mundur detik :
“Sebenarnya, apakah ada waktu disaat aku benar-benar merasa ada?”



Komentar

Postingan Populer